Suku Kajang atau yang lebih dikenal dengan Adat Ammatoa adalah sebuah suku yangterdapat pada kebudayaan sulawesi selatan Masyarakat Kajang di bisa di jumpai padaKabupaten Bulukumba lebih tepatnya kecamatan kajang. Sebuah Suku Klasik yang masihkental akan adat istiadatnya yang sangat sakral. Suku ini merupakan salah satu suku yangtetap mempertahankan kearifan lokal sampai saat ini. Suku ini terletak di Sulawesi Selatantepatnya sekitar 200 km arah timur Makassar.Desa suku Kajang yang utama adalah desa Tana Toa. Selebihnya, mereka tersebar didesa Bonto Baji, Malleleng, Pattiroang, Batu Nilamung, dan Tambangan.Suku ini mendiami sebuah kecataman yaitu Kecamatan Kajang, yang merupakanbagian dari kabupaten Bulukumba (daerah yang terkenal dengan pembuat perahu Finisidengan pelaut-pelaut ulung). Dikecamatan Kajang sendiri dibagi menjadi dua wilayah, yaitu Kajang luar (Lembang) dan Wilayah Kajang adat (Kawasan adat Amma Toa)
Dalam memegang tampuk kepemimpinan ini Ammatowa memilih lima orang pemukaadat untuk menjalankan roda pemerintahan. Kelima pemimpin tersebut diangkat olehAmmatowa dengan suatu perjanjian, di saat alam tidak bersahabat seperti matinya tanamandan hewan atau bencana alam, kelima pemuka adat harus rela melepas jabatannya.Suku ini berprinsip bahwa, daerah Kajang adalah daerah “kamase-masea .Bahkan,salah satu contoh program pemerintah adalahmemberikan akses penerangan (listrik) di daerah ini, di tolak oleh komunitas adat, sehinggasampai saat ini, daerah adat Kajang Ammatoa masih menggunakan penerangan lamputembok yang dulunya terbuat dari buah jarak, tetapi sekarang sudah memakai minyak tanah. Jadi jangan mencari ada alat elektronik di daerah ini. Memasuki kawasan Adat,penduduk tidak boleh memakai alas kaki, termasuk tamu yang datang dari luar.Masih berlakunya hukum peninggalan leluhur ini membuat Kawasan Adat Ammatowatidak pernah berubah sejak pertama kali didirikan.Jalan tanah sepanjang 5 kilometer menuju desa masih tetap bertahan tanpa perubahan yang berarti.Bahkan rumah-rumahadat yang terbuat dari kayu masih berdiri tegak dengan arah membelakangi hutan adat. Ruang tambahan yang terletak dibelakang rumah juga masih ada sebagai simbol memilikianak gadis.Asrinya suasana di kawasan adat initercipta karena pemimpin adat atau Ammatowa yang dibantu lima pemukaadat, secara keras menjalankanperaturan adat. Bahkan kerasnya Ammatowa dalam menjalankanperaturan ini dapat dilihat dari rumahmilik orang yang dianggap suci tersebut.
Rumah pemimpin adat merupakan rumah terjelek. Dindingnya hanyaterbuat dari bambu. Sedangkan lima pemuka adat lainnya memiliki rumah lebih baik dariAmmatowa. Namun dalam melaksanakan kepemimpinannya, lima pemimpin adat inidikenakan kontrak sosial. Mereka dapat dihentikan dari jabatannya jika berbuat kesalahan yang dapat dilihat dari gejala alam.Di bawah kepemimpinan Ammatowa dan kelima pemuka adat, kebiasaan-kebiasaanleluhur tetap dijalankan. Justru dengan kebiasaan ini swasembada segala faktor kehidupan dapat terus berjalan.Dalam kehidupan Masyarakat Kajang, kaum wanita diwajibkan bisa membuat kaindan memasak.Sedangkan kaum pria diwajibkan untuk bekerja di ladang dan membuatperlengkapan rumah dari kayu. Keahlian membuat perlengkapan dari kayu ini jugamerupakan kewajiban bagi kaum pria untuk berumah tangga.Luasnya sawah milik warga Suku Kajang yang terletak jauh dari tempat tinggalmerupakan suatu anugrah tersendiri.dengan luasnya sawah yang menghasilkan berton-ton padi setiap tahun, warga Suku Kajang selalu terhindar dari bahaya kelaparan. Anugrahini sangat disyukuri oleh segenap warga.Sumber dari segala kegiatan atau pola hidup atau hukum adat bersumber dari “pappasang”(semacam undang-undang yang dihafalkan dengan lisan secara turuntemurun). Hukum “Pappasang” merupakan semacam hukum tidak tertulis yang tidak bolehdilanggar. Siapa yang melanggar akan kena “pangellai”,teguran atau hukuman.
Rumah Adat
Suku Kajang dalam lebih teguh memegang adat dan tradisi moyang mereka dibanding penduduk kajang luar yang tinggal di luar perkampungan. Rumah-rumah panggung yang semuanya menghadap ke barat tertatarapi, khususnya yang berada di Dusun Benteng tempat rumah Amma Toa berada. Tampak beberapa rumah yang berjejer dari utara ke selatan, dengan kata lain setiap rumah dibangun menghadap ke arah barat. Membangun rumah melawan arah terbitnya matahari dipercayai mampu memberikan berkah. Di depan barisan rumah terdapat pagar batu kali setinggi satu meter. Rumah Amma Toa berada beberapa rumah dari utara.Rumah Adat Suku Kajang bila kita melihat secara fisik tidak jauh beda dengan rumah adat masayarakat bugis makassar struktur yang tinggi dan masih mempergunakan kekayaan hutan disekitar untuk membuatnya
Bentuk rumah adat suku kajang sangat unik. Bangunan rumah khas Sulawesi Selatan secara umum adalah rumah panggung. Tapi suku Kajang mempunyai keunikan bentuk rumah panggung tersendiri yakni, dapurnya terletak di depan, menghadap jalan utama. Jadi, kalau anda memasuki salah satu rumah “tau Kajang” ,yang pertama nampak adalah dapur. Ini melambangkan kesederhaan, dan mau menunjukkan apaadanya.Mereka senantiasa menyembunyikan rumah di balik lebatnya hutan, mempunyai kekuatan mistik hingga orang luar yang datang ke sana tanpa izin mereka dan tanpa mereka kehendaki kedatangannya, hanya akan melihat hutan belaka.
Membuat pakaian merupakan syarat bagi seorang wanita untuk dapat melangsungkan pernikahan. Sehingga dalam kehidupannya wanita tanpa keahlian membuat pakaian, tidak dapat menikah. Pembuatan pakaian ini dilakukan secara tradisional, mulai dari pembuatanbenang, proses pewarnaan hingga menenunnya menjadi selembar kain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar